You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Nelelamadike
Desa Nelelamadike

Kec. Ile Boleng, Kab. Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Selamat datang di Website Desa Nelelamadike,  Kecamatan Ile Boleng Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Semoga media informasi dan komunikasi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan desa.  Mari kerja bersama demi kemajuan desa, dalam bingkai Desa Membangun-Kota Menata untuk Nelelamadike yang lebih baik.

KAMPUNG ADAT DESA NELELAMADIKE

Administrator 07 September 2019 Dibaca 1.387 Kali
KAMPUNG ADAT DESA NELELAMADIKE

Lamanele atau sering dikenal dengan Lewo Lamanele adalah nama asli dari desa Nelelamadike. Dalam bahasa Indonesia, Lewo artinya kampung, sementara Lamanele memiliki sebutan dalam Sastra Lamaholot yaitu “Lai’k Ul’u”.dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang artinya Jalan Lama. Sebagai orang awam apalagi hidup di Era sekarang ini, tentu kita tidak tahu pasti alasan apa nenek moyang memberikan nama tersebut. Namun diantara kita mungkin ada yang berpendapat bahwa pemberian nama itu dilihat dari letak geografis yang ada. Posisi kampung yang berada di lereng gunung Ile Boleng, dikelilingi dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi serta batu-batu yang disusun rapi, seakan itu menjadi tembok atau pagar perlindungan bagi mereka di kala itu. Pagar batu ini dibuat dengan 3 pintu masuk yaitu dari arah utara, selatan, dan timur. Pada awalnya perjalanan menuju ke kampung ini melewati bebatuan yang cukup luas. Mengikuti perkembangan zaman, jalan menuju kesana sudah disemenisasi. Sayangnya semenisasi ini tidak sampai di depan pintu masuk kampung. Jadi untuk kesana kita harus berhenti di penghujung jalan rabat semen dan melanjutkan perjalanan dengan menaiki tangga susunan batu yang tidak disemenisasi. Banyak pengunjung yang bertanya “Kenapa tangganya tidak disemenisasi?” Maka jawabannya, kita akan melihat keadaan sebenarnya di dalam kampung tersebut. Setelah melihat pada umumnya orang akan langsung memahami ‘ini adalah salah satu bentuk penjagaan atau pelestarian Adat dan Budaya yang ada yang mana sekaligus menjadi suatu kekuatan untuk kesejahteraan warga yang ada di sekitarnya.

Rumah-rumah yang ada di sana semuanya terbuat dari bahan alami. Dinding dibuat dari bambu, atapnya terbuat dari daun kelapa, tak ada satupun bahan yang terbuat dari bahan-bahan modern seperti paku, seng/genteng, semen dll. Bahan seperti ini sangat tidak diizinkan sebagai bahan pembangunan rumah di kampung ini. Bahkan hanya membawa masuk dan sekedar meletakkan sajapun tidak bisa. Tidak hanya bahan pembuatan rumah. Cara pembuatan nya pun harus sesuai struktur yang sudah diwariskan secara turun temurun. Jika ada yang menggunakannya, maka akan dianggap melanggar peraturan bahkan menanggung resiko semacam hukuman.

Kelihatannya memang sangat sederhana layaknya sebuah pondok pelepas lelah untuk seorang petani. Namun sebenarnya setiap rumah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing untuk menjaga keutuhan Lewotanah/kampung tersebut. Memang sekarang ini sudah tidak ada penghuni tetap di sana. Karena Orang-orang pergi mencari tempat-tempat yang bisa dibangun rumah layaknya zaman sekarang. Orang akan kesana pada saat acara adat untuk melaksanakan seremonial atau hanya sekedar membersihkan rumah. Dengan berkembangnya penduduk di luar batas yang tak jauh dari Lewo Lamanele tadi, maka lahirlah Desa Nelelamadike. Nama ‘Nelelamadike’ diambil dari nama asli Lewo/atau kampung tersebut. Seperti yang sudah diketahui ‘Nele dan Lama’ artinya Jalan lama, sementara “Dike’ sendiri berarti baik hati atau baik budinya. Pemberian nama Desa ini dilihat dari sejarah tentang seorang bernama ‘Wurin’ (Keturunan Awal Lewo Lamanele) yang sangat peduli dan penyayang terhadap ibunya.

Selain menjadi kampung adat bagi warga Desa Nelelamadike, Lewo Lamanele juga merupakan kampung pusat seremoni adat dalam perhimpunan Nelelewolema yang terdiri dari 5 Desa yaitu, Lamanele, Harubala, Nobo, Gayak, dan Boleng. Karena sebagai pusat tadi maka Lewo lamanele selalu dijuluki dengan Lewo Weru’i (Kampung Tertua).

Itu saja sekilas cerita tentang Lewo Lamanele atau kampung adat Desa Nelelamadike. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan nama ataupun cerita tentang sejarah Lewo ini. Kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca.

Narasumber : 1. Stanislaus Suban Taran dan Sabri Aril

Penulis Natalia Uba Arakian, S.S

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image